Sejak keruntuhan Roma di abad ke-5 hingga pertengahan abad ke-15, abad pertengahan menghadirkan serangkaian tantangan yang tak terbayangkan, dan kamu mungkin akan terkejut jika harus menghadapinya, bahkan hanya dalam satu hari! Pada masa itu, populasi dunia hanya beberapa ratus juta, dengan kurang dari 25 juta orang yang tinggal di Eropa. Tanpa pengobatan yang memadai, pemaksaan pada perempuan, dan kerja keras yang melimpah, hidup di era ini sangat sulit.
Masuki tahun 1347, saat ‘Black Death’ melanda Eropa. Wabah ini jadi sumber kekacauan yang membawa pergi sekitar 20 juta jiwa. Dalam beberapa tahun sesudahnya, hampir separuh populasi Eropa menghilang akibat penyakit ini. Ditambah dengan wabah lain seperti tuberkulosis dan kolera, sulit untuk membayangkan betapa melelahkannya hidup saat itu di tengah kebersihan yang nyaris tidak ada. Di kota-kota seperti London, sistem pembuangan limbah sangat minim, dan limbah dibuang sembarangan ke jalan.
Sementara orang kaya bisa menjaga kebersihan dengan lebih baik, para pelayan dan rakyat biasa hanya bisa pasrah. Perang juga menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup; banyak di antaranya berlangsung bertahun-tahun, seperti Perang Seratus Tahun, karena keterbatasan teknologi militer. Saat penjahat tertangkap, mereka menghadapi hukuman yang sangat keras, dan bahkan pelanggaran kecil pun sering kali berakhir dengan siksaan. Menjadi gelandangan atau mengemis rentan terhadap hukum; menikah tanpa izin tuan tanah juga bisa jadi kejahatan.
Menggelikan dan ironis, bahkan sepak bola pun dilarang di Inggris pada tahun 1314. Untungnya, pelarangan ini tidak bertahan lama! Struktur masyarakat dibedakan menjadi kelas-kelas; bagi yang kaya, hidup bisa saja penuh kemewahan, tetapi bagi kaum jelata, pajak yang memberatkan adalah bagian dari hari-hari mereka.
Ketika berbicara tentang pengobatan, tidak ada kemajuan berarti selama abad pertengahan. Banyak orang merujuk pada alasan supernatural untuk penyakit yang mereka derita, dengan diagnosis seringkali berasal dari analisis astrologi. Sementara itu, perawatan yang diberikan hanya terbatas pada pengeluaran darah dan penggunaan lintah, tanpa antibiotik atau obat modern lain.
Sebagian besar orang di era ini hidup sebagai petani, dengan sekitar 80% populasi terlibat dalam pertanian. Namun, munculnya kota-kota juga membuka kesempatan pekerjaan baru—meskipun gajinya rendah dan sulit. Salah satu profesi tidak biasa yang berkembang adalah pengumpul lintah. Sementara itu, penjahit kain dapat memperoleh pendapatan sedikit lebih tinggi, meskipun harus menjalani proses yang tidak menyenangkan seperti membersihkan kain dengan menginjaknya dalam urin manusia.
Di Eropa abad pertengahan, keberagaman agama sangat terbatas. Penduduk mayoritas adalah penganut Katolik, sementara minoritas, termasuk penganut pagan dan Yahudi, sering tertekan dan teraniaya. Perempuan pun mendapatkan sedikit hak; setelah menikah, status mereka bisa dibilang sebagai properti suami. Dalam hal kehamilan dan persalinan, keterbatasan pengetahuan medis membuat situasi ini sangat berisiko.
Menariknya, sekitar tahun 1300, suhu rata-rata global menurun drastis, yang berujung pada periode dingin yang dikenal dengan sebutan Zaman Es Kecil. Akibatnya, banyak tanah pertanian gagal panen, sungai membeku, dan kelaparan melanda, merenggut banyak nyawa. Dalam kelamnya abad pertengahan, sulit untuk membayangkan apa yang pernah dilalui oleh generasi sebelumnya.