Bandung’s Epic Week: Beer Giveaway Sparks Controversy at Running Event

Bandung’s Epic Week: Beer Giveaway Sparks Controversy at Running Event

Sejumlah peristiwa menarik melintas di Bandung dan sekitarnya dalam sepekan terakhir. Dari aksi bagi-bagi bir di Pocari Run 2025 yang berujung denda Rp 5 juta, hingga viralnya monyet pencuri HP di Tahura Ir H Djuanda. Berikut adalah rangkuman berita Bandung sepekan.

Event Pocari Run yang berlangsung pada 19-20 Juli 2025 disorot karena aksi pembagian bir kepada pelari sebelum mereka mencapai garis finish. Setelah kejadian itu tersebar luas di media sosial, banyak netizen yang melontarkan kritik dan kemarahan terhadap tindakan tersebut. Ternyata, aksi ini dilakukan oleh dua komunitas, Free Runners Bandung dan Pace & Place. Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, segera memanggil kedua komunitas tersebut untuk menjelaskan situasi.

“Saya kenal beberapa teman di komunitas lari. Saya akan tanyakan bagaimana permasalahannya. Mari kita selesaikan ini secara komunitas,” ujar Farhan di Balai Kota Bandung pada Selasa, 22 Juli 2025. Setelah aksi viral, DPRD Kota Bandung juga turut berkomentar, menganggap aksi tersebut mencoreng nama baik Bandung dan mendesak pemerintah untuk memberikan sanksi tegas.

Tanggapan negatif juga datang dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jabar, yang menyebut peristiwa itu tidak hanya keliru dari segi etika dan agama, tetapi juga menyebarkan pesan yang membingungkan masyarakat, terutama umat Islam. Akhirnya, pada 24 Juli 2025, Pemkot Bandung menjatuhkan sanksi Rp 5 juta kepada kedua komunitas tersebut, yang diiringi dengan permohonan maaf secara terbuka.

Erwin, juru bicara Pemkot Bandung, menyampaikan bahwa mereka mengakui kesalahan dan siap untuk melakukan pemulihan nama baik, termasuk kerja sosial dengan membersihkan area Balai Kota selama dua minggu. Permintaan maaf ini dibacakan oleh Aji dan Ruben, masing-masing perwakilan dari Free Runners dan Pace & Place.

Di sisi lain, para pekerja pariwisata di Jabar menggelar demo besar-besaran pada 21 Juli 2025, menuntut Gubernur Dedi Mulyadi mencabut larangan study tour untuk sekolah. Aksi ini dimulai sejak pagi dan semakin memanas hingga sore hari. Setelah gagal mendapatkan tanggapan dari Pemprov Jabar, para pendemo membubarkan diri, meskipun tidak tanpa rasa kecewa.

Sekda Jabar, Herman Suryatman, menegaskan bahwa larangan tersebut ditujukan untuk melindungi keluarga dari dampak ekonomi yang sering kali timbul akibat biaya study tour yang membebani orang tua. Namun, penjelasan ini tidak memuaskan para pekerja pariwisata, yang merasa tidak ada solusi realistik yang ditawarkan.

Di ranah hukum, Polrestabes Bandung menangkap seorang pria berinisial DW, 44 tahun, yang dituduh mencabuli seorang anak perempuan berusia 8 tahun di Kecamatan Andir. Pelaku, yang bekerja sebagai marbut masjid, memanfaatkan tempat ibadah sebagai lokasi pelanggaran. Kasus keji ini terungkap setelah korban berani melapor kepada orang tuanya.

Sementara itu, aktivis demokrasi Neni Nur Hayati melayangkan somasi ke Pemprov Jabar setelah menjadi korban doxing di media sosial. Neni menginginkan permintaan maaf resmi, menyusul banyaknya ancaman yang diterimanya setelah kritiknya terhadap Gubernur Dedi Mulyadi. Sekda Herman Suryatman menyatakan akan meneliti situasi tersebut sebelum memberikan tanggapan resmi.

Tidak kalah menarik, sebuah video viral menunjukkan seekor monyet, dijuluki ‘Si Monta’, merebut ponsel seorang pengunjung di Tahura Ir H Djuanda dan mengambil video dirinya sendiri. Kejadian ini mengundang tawa dan perhatian, yang mengingatkan pengunjung untuk lebih berhati-hati terhadap barang bawaannya. Lutfi Erizka, Kepala UPTD Tahura, mengingatkan pengunjung untuk tidak membawa makanan yang dapat menarik perhatian monyet.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *