Beer Giveaway at Running Event Faces Strong Criticism from MUI Jabar: Absolutely Not!

Beer Giveaway at Running Event Faces Strong Criticism from MUI Jabar: Absolutely Not!

Aksi pembagian bir yang dilakukan oleh komunitas lari di acara Pocari Run di Bandung baru-baru ini menuai kritik tajam dari MUI Jawa Barat. Menurut mereka, ini seharusnya tidak terjadi!

Sekretaris MUI Jabar, Rafani Achyar, menyayangkan tindakan tersebut dan menilai bahwa hal ini melanggar etika serta agama, menciptakan pesan yang membingungkan di tengah masyarakat, khususnya bagi umat Islam.

“Memberikan bir itu jelas salah. Meskipun ada yang mengatakan bir itu memiliki kadar alkohol di bawah 20 persen, tetap saja bir berkonotasi sebagai minuman keras. Dalam Islam, segala sesuatu yang memiliki konotasi haram sudah sepantasnya tidak dilakukan,” ujar Rafani dalam wawancara.

Dia menambahkan bahwa hal-hal yang bersifat syubhat, yang tidak jelas status hukumnya dalam Islam, sebaiknya dihindari. Ia memberikan contoh ekstrem, seperti nama makanan yang pernah populer, seperti bakso setan. “Meskipun bakso itu halal, namun dengan nama setan, itu sudah keliru. Dalam Al-Qur’an, setan adalah musuh yang nyata,” ungkapnya.

Lebih jauh, Rafani mengkritik penyelenggaraan acara yang lebih menonjolkan nama brand dibandingkan identitas lokal. Ia berharap nama event seharusnya mencerminkan kota tuan rumah, misalnya Bandung Run atau Jawa Barat Run, bukan Pocari Run. “Di banyak event lain, seperti Borobudur Marathon, identitas lokal sering diutamakan,” tambahnya.

Ia juga berpendapat bahwa pemerintah daerah perlu lebih tegas dalam menjaga identitas dan marwah publik dalam acara besar. “Terlihat seolah-olah perusahaan justru mengeksploitasi pemerintah daerah. Fasilitas yang disediakan digunakan, tetapi dominasi brand justru lebih terlihat,” jelasnya.

Rafani juga menunjukkan keprihatinan terhadap pola keberagamaan masyarakat yang semakin kabur. Ia mencatat bahwa pelaksanaan acara dimulai sebelum subuh, ketika banyak umat Islam seharusnya menuju masjid. “Saya prihatin melihat orang berbondong-bondong di jalan menjelang subuh untuk berlari. Saya tidak tahu apakah mereka salat terlebih dahulu atau tidak,” katanya, menyadari bahwa sebagian besar peserta adalah Muslim.

Menanggapi pernyataan Wali Kota Bandung, Farhan, yang menyebut insiden pembagian bir tidak menimbulkan dampak signifikan, Rafani berpendapat bahwa perspektif tersebut terlalu teknis dan mengabaikan dimensi keagamaan. “Mungkin dampak langsungnya tidak ada, tapi pembagian bir bisa mengubah persepsi orang, seolah-olah bir adalah minuman biasa. Ini merusak kesadaran keagamaan,” tegasnya.

Ia mengingatkan penyelenggara dan pemerintah untuk tidak meremehkan isu semacam ini. “Pola pikir keberagamaan masyarakat saat ini sudah sangat campur aduk. Makanan dan minuman dicampur, serta pandangan keagamaan pun menjadi kabur. Pertanyaannya, ke mana kita akan pergi dari sini?” tutup Rafani.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *