Kabar dari dunia kuliner di Skotlandia cukup menyedihkan mengingat lapisan rasa dan warisan yang sudah dibangun. Sebuah restoran legendaris, yang selama ini menjadi favorit banyak orang, terpaksa tutup karena tantangan keuangan yang tak bisa diatasi. Pemiliknya mengaku “hancur,” menandai betapa beratnya perjuangan para pengusaha kecil menghadapi gelombang ekonomi global yang seakan tak memberi ampun.
Di tengah panen bangkit dan jatuhnya usaha, Edinburgh menjadi saksi sebuah kisah perjuangan. Restoran Italia bernama Sora Lella di The Meadows harus mengucapkan selamat tinggal, setelah enam tahun menyajikan hidangan vegan ala Romawi yang memikat hati. Dea Delossi, sang pemilik, mengungkapkan bahwa menjalankan dua restoran sekaligus saat ini terlalu membebani keuangan. Ia pun mengambil langkah berat untuk menutup salah satu dari gerainya—resiko yang ia akui sebagai “keputusan manis campur pahit”.
Meski Sora Lella harus menutup pintunya, semangat tetap menyala. Daerah konservatif ini akan tetap menelurkan cita rasa autentik dari Sora Diana, restoran saudaranya yang akan terus beroperasi. Dea berkomitmen membawa menu favorit dari Sora Lella—including pasta dan pizza—ke restoran barunya dengan harga yang sama, karena ia tak mau mengecewakan pelanggan setia.
Kondisi ini nyata dan penuh tantangan. Dea menyadari betapa sulitnya menjalankan bisnis di masa sulit ini, dan ia mengajak semua untuk tetap optimis menatap babak baru. Ia menegaskan bahwa ke depan, Sora Diana akan menjadi tempat berkumpul yang tak kalah menarik, penuh cita rasa yang menghangatkan hati.
Dari sisi lain, dunia kuliner di Singapura juga punya cerita serupa. Restoran terkenal, Ka-Soh, yang sudah berdiri sejak 1995 dan mendapatkan penghargaan Michelin Bib Gourmand, harus menutup salah satu gerainya karena terbebani biaya operasional. Meskipun legendaris dan penuh prestasi, tekanan keuangan dan kondisi gerai yang membutuhkan banyak perbaikan akhirnya memutuskan langkah pahit ini.
Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa keberlanjutan di dunia kuliner seringkali bergantung pada ketahanan dan adaptasi. Mereka yang bertahan terus berjuang, yang lainnya harus belajar melepaskan, namun tetap berharap akan ada peluang baru di garis depan mereka. Karena di balik setiap tutup restoran, selalu ada harapan untuk babak baru yang lebih baik.