Komjen Eddy Hartono: Indonesia Aman dari Terorisme dalam Dua Tahun Terakhir
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Eddy Hartono, percaya bahwa Indonesia berhasil mempertahankan keamanan dari aksi terorisme selama dua tahun terakhir, yaitu pada 2023 dan 2024. “Keberhasilan ini berkat kolaborasi efektif antara seluruh kementerian dan lembaga,” ungkap Eddy saat mengunjungi Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, pada Selasa (29/7/2025).
Menurut Eddy, kunci untuk mempertahankan status tanpa serangan terorisme di Indonesia terletak pada sinergi dan kolaborasi yang terus dibangun oleh BNPT. Semua pihak perlu memahami bahwa terorisme adalah ancaman global yang memerlukan penanganan bersama.
BNPT melaporkan adanya 148 penangkapan terduga teroris pada 2023 dan 96 penangkapan pada 2024, semua di luar Bali. Meskipun begitu, potensi ancaman tetap diwaspadai, terutama di Bali yang merupakan daerah pariwisata ikonik. “Bali adalah kebanggaan Indonesia, oleh karena itu, menjadi tanggung jawab kita untuk menjaga keamanan Pulau Dewata agar industri pariwisata dan ekonomi tidak terganggu,” jelas Eddy.
Selanjutnya, BNPT berencana memperdalam kolaborasi dengan Kementerian Perhubungan untuk mendukung penanganan dan mitigasi terorisme, mengingat peranan bandara dan pelabuhan dalam memfasilitasi semua kegiatan. “Mitigasi sangat penting dilakukan sebab jika terjadi insiden, biayanya sangat besar—baik dari segi waktu, tenaga, maupun dana. Kami lebih memilih berinvestasi dalam pencegahan,” kata Eddy.
Eddy juga mengungkap bahwa BNPT, melalui satuan tugasnya, memantau ruang siber untuk kegiatan terorisme, khususnya yang mengincar perempuan dan anak-anak. Kerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menghasilkan modul perlindungan yang bertujuan mengatasi ancaman terorisme. Selain itu, BNPT merintis program ‘Desa Siap Siaga,’ yang melibatkan masyarakat untuk melaporkan aktivitas mencurigakan.
Status ‘Desa Siap Siaga’ telah diperluas ke berbagai wilayah, termasuk Jawa, Sumatera, dan Sulawesi, dengan penekanan pada lokasi-lokasi yang rawan terorisme. “Di Bali, kami tetap melakukan inisiatif ini karena kearifan lokal di sini sangat kuat,” tambah Eddy.
Dalam kunjungannya ke Pelabuhan Benoa, Eddy menyoroti pentingnya pelabuhan tersebut sebagai objek vital nasional yang berperan besar dalam stabilitas ekonomi dan pariwisata. Dia menekankan perlunya standar keamanan yang memenuhi kriteria BNPT. “Pelabuhan bisa menjadi sasaran serangan teror, jadi assessmen keamanan sangat penting,” ujarnya.
Pendukung keamanan Pelabuhan Benoa, Aprianus Hangki, memastikan bahwa pelabuhan telah mengadopsi International Ship and Port Facility Security (ISPS) Code, sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dia menegaskan pentingnya simulasi dan pelatihan dalam menjaga keamanan maritim untuk meningkatkan kepercayaan dunia internasional terhadap Bali.
Executive Director 3 Regional 3 PT Pelindo, Daru Wicaksono Julianto, mendukung upaya BNPT dalam peningkatan sistem keamanan pelabuhan. “Kami berkomitmen untuk terus memperbaiki detail-detail dalam implementasi ISPS Code dan menjaga kolaborasi dengan aparat keamanan serta instansi pemerintah,” jelas Daru.
Dengan harapan, kolaborasi dan sosialisasi antara BNPT dan pihak terkait akan menghasilkan rekomendasi konkret yang dapat diimplementasikan dengan efektif, memperkuat pengamanan di pelabuhan-pelabuhan penting di tanah air.