“Kang Dedi sepertinya lupa, sebutan Bapak Aing itu berarti menjadi ayah bagi semua anak-anaknya, dalam hal ini, warga Jabar. Namun, sikap beliau sepertinya hanya mengutamakan satu atau dua anak dan mengabaikan yang lainnya,” ungkap Joseph, seperti yang dilansir oleh berita pada 23 Juli 2025.
Joseph menambahkan bahwa protes yang dilaksanakan merupakan cerminan kekecewaan para pekerja pariwisata, terutama di akar rumput yang merasakan dampak langsung dari larangan tersebut. “Para pengemudi dan kenek yang biasanya memiliki banyak pekerjaan kini terbatas. Kebutuhan hidup mereka tetap berlanjut, sementara pendapatan menurun. Kang Dedi lebih memperhatikan keberatan orang tua daripada kondisi perusahaan pariwisata,” jelasnya.
Ia berharap Pemerintah Provinsi Jawa Barat dapat segera mencari solusi untuk permasalahan ini. Joseph meminta Dedi untuk merendahkan ego dan meluangkan waktu berdiskusi dengan para pekerja pariwisata.
“Yang kita butuhkan bukan hanya penilaian, tapi mari kita cari jalan keluar. Seharusnya, sebagai sosok ‘Bapak’, Dedi wajib memikirkan solusinya. Hindari karakter pembunuhan di satu sisi; kita semua adalah anak-anak Bapak. Mari bertemu dan berdialog, bukan hanya merespons lewat media sosial. Solusi adalah yang kami harapkan,” tutupnya.