Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, menyambut hangat kunjungan Dewan Pengurus Nasional Batak Center di Gedung Kementerian Kebudayaan, Jakarta. Pertemuan yang penuh semangat ini menjadi ajang diskusi dan tukar ide mengenai pelestarian sekaligus pengembangan budaya Batak, serta potensi kolaborasi antara Kemenbud dan Batak Center dalam memajukan kebudayaan ini. Fadli mengungkapkan apresiasinya terhadap peran aktif Batak Center yang tidak hanya fokus pada pelestarian budaya, tetapi juga memanfaatkan warisan tersebut untuk kebermanfaatan yang lebih luas.
“Pengembangan kebudayaan bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat,” ucap Fadli. “Kami sangat bangga karena banyak organisasi di Indonesia yang peduli dan aktif mendorong kemajuan kebudayaan, yang tidak hanya menjaga tetapi juga berkontribusi terhadap peradaban dunia.”
Dalam pertemuan ini, Batak Center mempresentasikan berbagai ide dan rencana strategis, termasuk usulan pendirian Museum Batak di kawasan Danau Toba, pengajuan ulos sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) ke UNESCO, serta persiapan Ulos Festival yang dijadwalkan berlangsung pada November 2025. Fadli menyambut baik kolaborasi ini dan menegaskan dukungan Kemenbud melalui berbagai skema, seperti Dana Indonesiana, pengajuan warisan budaya ke UNESCO, dan pendirian museum.
“Kami siap bekerja sama dan memfasilitasi seluruh inisiatif ini,” tegas Fadli. Ia juga menekankan pentingnya pendekatan kemitraan publik-swasta dalam pengembangan dan pelestarian budaya, serta memastikan warisan budaya yang diusulkan mendapatkan tempat di panggung internasional. “Kami akan memaksimalkan pendataan warisan takbenda dan menghidupkan museum yang khusus menampilkan budaya Batak. Museum ini akan menjadi pusat edukasi sekaligus penjaga pengetahuan budaya,” tambahnya.
Kemenbud terus berkomitmen untuk mendukung berbagai upaya pelestarian dan pengembangan budaya, yang memerlukan kolaborasi erat antara pemerintah, masyarakat, komunitas budaya, dan sektor swasta. Sementara itu, Sintong M Tampubolon, Ketua Umum DPN Batak Center, menambahkan bahwa organisasi ini, yang didirikan pada 18 Agustus 2018, berfokus pada pengembangan budaya dan sumber daya manusia masyarakat Batak yang penuh kreativitas, inovasi, serta inspirasi.
“Ulos adalah simbol yang memiliki nilai estetika tinggi sekaligus makna sakral dan sejarah yang mendalam bagi masyarakat Batak. Kami sedang berjuang agar ulos diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO,” jelas Sintong. Ia juga menyoroti rencana pendirian Museum Batak sebagai pusat pelestarian budaya yang otentik dan komprehensif, yang diharapkan bisa memperkuat identitas lokal sekaligus menarik pariwisata ke Kawasan Danau Toba.
Sebagai bagian dari gerakan ini, Batak Center tengah mempersiapkan Ulos Fest kedua dengan tema “Ulos: Connection and Connectivity”, yang dirancang tidak hanya sebagai perayaan warisan masa lalu, tetapi juga sebagai jembatan menghubungkan tradisi dan masa depan. Festival ini berangkat dari keberhasilan Ulos Fest pertama yang digelar pada November 2019 di Museum Nasional, Jakarta, dan diharapkan bisa menjadi momentum penting menjaga keberlanjutan nilai-nilai budaya.
Dalam diskusi ini, Fadli didampingi oleh Dirjen Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Restu Gunawan, serta Sjamsul Hadi dari Bina Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat. Sinergi yang kuat diharapkan mampu melahirkan berbagai program berkelanjutan yang memberi manfaat luas dan mendalam bagi pelestarian budaya Batak dan budaya Indonesia secara umum.