Gunung Galunggung telah lama menjadi simbol kebanggaan dan warisan berharga bagi masyarakat Tasikmalaya. Keindahan dan kekuatan alamnya tidak hanya memikat hati, tetapi juga menjadi pilar identitas budaya dan sejarah tanah Sukapura. Dalam semangat melestarikan keindahan bersejarah ini, berbagai komunitas dan lembaga aktif menginisiasi gerakan ‘Mulasara Galunggung’—sebuah ajakan untuk mencintai dan merawat gunung berapi ini dengan sepenuh hati.
Baru-baru ini, momentum besar dilakukan dengan penanaman 1.000 pohon di kaki Gunung Galunggung, sebuah langkah nyata dalam menjaga ekosistem kawasan yang dikenal sebagai primadona wisata alam di Tasikmalaya. Kegiatan ini didukung penuh oleh jajaran TNI AU di Lanud Wiriadinata Tasikmalaya, melibatkan ratusan pecinta alam, komunitas otomotif, dan Karang Taruna, serta disertai dengan kegiatan sosial seperti donor darah.
“Kami ingin menunjukkan bahwa kecintaan masyarakat terhadap Gunung Galunggung tidak sekadar kata-kata, tetapi tindakan nyata,” kata Letkol Pnb Taufik Agus Hidayat, Komandan Lanud Wiriadinata. Ia juga menegaskan bahwa dari gunung ini, Tasikmalaya lahir dan berkembang, dan oleh karena itu, menjaga keberlanjutannya adalah tanggung jawab bersama.
Selain menanam pohon Kaliandra, acara ini menegaskan pentingnya menjaga keseimbangan antara manfaat ekonomi dari pariwisata dan kelestarian lingkungan. Wakil Bupati Tasikmalaya, Asep Sopari, mengingatkan bahwa potensi alam ini harus dilindungi dari ancaman kerusakan, utamanya dari aktivitas ilegal yang berisiko menimbulkan bencana.
Meskipun secara administratif Galunggung berada di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Pemkot Tasikmalaya turut berperan aktif dalam mendukung pelestarian kawasan ini. Deddy Mulyana, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata, menambahkan bahwa kerjasama lintas daerah sangat penting agar destinasi utama ini tetap lestari dan mampu memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat.
Para pegiat pecinta alam seperti Harniwan Obech turut mengingatkan bahwa sejauh ini kondisi kawasan cukup baik, berkat upaya penanaman yang rutin dilakukan. Namun, kekhawatiran terhadap aktivitas pertambangan ilegal dan potensi kerusakan hutan tetap menjadi perhatian utama. Ia menegaskan bahwa gerakan ‘Gandrung Mulasara Galunggung’ harus berlangsung secara menyeluruh, menjaga kawasan ini dari segala bentuk eksploitasi yang merusak alam.
Satu hal yang jelas: kekayaan dan keindahan Gunung Galunggung harus dirawat dengan hati-hati dan penuh rasa tanggung jawab. Jangan sampai keindahannya berubah menjadi ancaman, melainkan tetap menjadi simbol kekayaan budaya dan alam yang lestari bagi generasi mendatang.