Di suatu pagi di tahun 2003, perairan Cirebon yang biasanya tenang tiba-tiba menjadi saksi dari sebuah penemuan luar biasa. Para nelayan yang sedang mencari ikan tidak menyangka bahwa jaring mereka akan membawa sejarah baru. Ditemukan bukan hanya ikan, tetapi keramik kuno yang berharga, dan seketika kabar penemuan harta karun ini menciptakan gelombang rasa ingin tahu.
Temuan ini segera dikenal sebagai The Cirebon Shipwreck, lokasi karamnya kapal dagang kuno yang mengangkut ribuan artefak lintas budaya. UNESCO mencatat penemuan ini, menyatakan bahwa pada tahun 2003, nelayan setempat menarik keramik Cina dari laut, yang merupakan bagian dari bangkai kapal yang tenggelam pada pergantian milenium pertama. Barang-barang tersebut, termasuk kendi, mangkuk, dan patung, menjadi tonggak penting dalam pemahaman sejarah maritim di wilayah ini.
Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Cosmix Underwater Research Ltd untuk mengevakuasi artefak tersebut, proses yang memakan waktu hampir dua tahun dan menghasilkan sekitar 271 ribu artefak, termasuk keramik dari Dinasti Liao dengan nilai diperkirakan mencapai Rp 720 miliar. Chaidir S. Susilaningrat, seorang pengamat budaya Cirebon, mengenang kembali peristiwa tersebut dengan penuh semangat, meskipun identitas nelayan yang pertama kali menemukannya tetap misterius.
Penemuan ini hanya mengungkap permukaan dari sejarah panjang jalur laut Cirebon. Chaidir menyadari bahwa perairan ini menyimpan lebih banyak kapal karam yang mungkin terlibat dalam peperangan atau alasan lainnya. Banyak posisi kajian saat ini dari berbagai pihak, termasuk rencana dari Tiongkok untuk mengangkat salah satu kapal dan menjadikannya objek wisata.
Selain sebagai bagian dari sejarah, penemuan ini juga berpotensi untuk meningkatkan pariwisata budaya di Cirebon. Chaidir berharap bahwa temuan harta karun ini bukan yang terakhir, melainkan awal dari banyak penemuan yang akan datang, menciptakan jembatan antara sejarah dan potensi edukasi bagi masyarakat.