Menelusuri Jejak Peradaban Karo di Desa Dokan yang Memukau

Menelusuri Jejak Peradaban Karo di Desa Dokan yang Memukau

Menggali Pesona Sejarah di Desa Dokan

Peradaban manusia masa lalu masih bisa kita rasakan melalui berbagai artefak dan tradisi yang diwariskan. Salah satu lokasi yang memikat adalah Desa Dokan di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Berada di jalur strategis menuju Danau Toba, desa ini menjadi salah satu destinasi wisata yang menyimpan kekayaan budaya Suku Karo.

Asri dan sejuk, Desa Dokan memiliki panorama ladang terbuka milik warga yang mayoritas berprofesi sebagai petani. Keberadaan Siwaluh Jabu, rumah adat Suku Karo yang kokoh berdiri selama ratusan tahun, menambah daya tarik desa ini. Arsitektur rumah yang mempertahankan bentuk aslinya menjadi jendela untuk melihat kehidupan masyarakat zaman lalu. Siwaluh berarti ‘delapan,’ dan Jabu berarti ‘keluarga’, menggambarkan hunian delapan keluarga dalam satu atap.

Keunikan rumah adat ini terletak pada desainnya yang tanpa sekat, membuat semua anggota keluarga tidur dalam satu ruangan, kecuali orang tua yang dibedakan dengan penyekat kain panjang. Ture, atau teras yang dilengkapi dengan tangga bambu, dulunya menjadi tempat muda-mudi bertemu dan mengawali kisah cinta. Faktor inilah yang menggugah minat wisatawan untuk menjelajahi desa ini.

Nama Desa Dokan sendiri berasal dari frasa ‘ndoh kam’, yang merupakan ungkapan pengusiran yang berarti ‘pergi jauh’, yang dulu ditujukan kepada warga bermarga Ginting. Seiring waktu, mereka membuka permukiman baru dan desa ini pun dinamakan Dokan.

Warga Desa Dokan juga masih melestarikan tradisi dengan memproduksi alat musik tradisional Kulcapi. Alat musik ini bisa menjadi suvenir yang menarik, meski tidak dipasarkan luas di toko-toko. Hanya di Desa Dokan, Anda dapat menyaksikan langsung proses pembuatannya.

Terletak di dataran tinggi Karo pada ketinggian sekitar 600 hingga 1.400 mdpl, masyarakat Desa Dokan sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani kopi, jeruk, dan sayur-mayuran. Perkebunan mereka, terutama jeruk, juga dijadikan objek agrowisata yang menarik untuk dikunjungi. Dengan akses yang baik, desa ini dapat dijangkau menggunakan bus besar, hanya sekitar 23 kilometer dari Berastagi, ibukota Kabupaten Karo.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *