Nenek Julan: Penjaga Tradisi Telinga Panjang yang Memikat di Berau

Nenek Julan: Penjaga Tradisi Telinga Panjang yang Memikat di Berau

Menyelami Kekayaan Budaya Desa Long Beliu

Di tengah hutan tropis yang menghampar, terdapat sebuah desa tersembunyi di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, yang menyimpan harta budaya yang terancam punah. Desa Long Beliu, tempat tinggal Nenek Julan, adalah penjaga tradisi telinga panjang suku Dayak Kenyah — sebuah simbol keberanian, kecantikan, dan status sosial yang kini hanya dipegang oleh segelintir orang.

Tim Kalimantan melakukan perjalanan menuju desa ini, menempuh jarak sekitar 6 kilometer dari Kantor Camat Kelay, satu petualangan singkat dengan sepeda motor yang menyuguhkan panorama alam yang menakjubkan. Di pusat desa, berdiri megah balai adat rumah Lamin khas Dayak, dengan ukiran-ukiran yang memukau, menggambarkan kekayaan budaya suku ini. Kebersihan balai adat yang terjaga rapi menciptakan suasana hangat bagi setiap pengunjung.

Warga desa, terutama para ibu dengan topi Dayak, menyambut kedatangan tim dengan senyuman lebar. “Kami senang ada yang datang untuk melihat budaya kami,” ucap salah satu warga, menambah kesan akrab dan menyenangkan selama perjalanan.

Puncak perjalanan ditandai dengan pertemuan istimewa bersama Nenek Julan, salah satu warga terakhir yang masih memegang teguh tradisi telinga panjang. Di teras rumahnya yang sederhana, beliau bercerita dengan lembut, meski hanya sebagian kata yang terucap jelas, dibantu oleh anaknya, Apuy, yang menafsirkan.

Tradisi telinga panjang dimulai pada usia lima tahun, saat telinga dilubangi dan diberi pemberat logam. “Tato bergaris tiga di tubuh ibu saya adalah simbol keturunan bangsawan, atau Paren,” ungkap Apuy dengan nada bangga, namun menyimpan keprihatinan. Julan juga menceritakan pengalaman menyakitkan saat mendapat tato, melalui Apuy yang menggambarkan prosesnya dengan detail. “Dulu, untuk menjadi Paren, seseorang harus menanggung rasa sakit saat ditato, dan itu adalah harga yang dibayar untuk status.” Tato pada pergelangan tangan dan kaki Julan menceritakan kisah keberanian dan kehormatan yang melekat pada diri seorang bangsawan.

Namun, dengan datangnya modernisasi dan pengaruh agama, tradisi ini mulai memudar. “Dulu, orang asing sering datang untuk melihat tradisi ini,” ujar Apuy, tatapan sedih menghias wajahnya. Nenek Julan kini menjadi salah satu generasi terakhir yang menjaga simbol budaya Dayak Kenyah yang terancam oleh perubahan zaman.

Desa Long Beliu, berdiri sejak tahun 1910 dan telah mengalami berbagai perubahan nama hingga menjadi resmi sejak 2008, kini dihuni oleh 903 jiwa di atas lahan seluas 109.065,57 hektare. Meski populasi suku Dayak Kenyah Lepo Sun semakin berkurang, balai adat dan kisah-kisah leluhur tetap menjadi saksi bisu dari kejayaan budaya yang harus terus diingat dan dirayakan.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *