Dalam forum bisnis Indonesia-Uganda yang berlangsung pada Kamis (10/7) di Jakarta, Roro menyatakan, “Meskipun kita mengalami defisit dengan Uganda, kami tetap memiliki target yang jelas untuk meningkatkan ekspor. Indonesia kaya akan sumber daya yang memiliki potensi untuk diekspor. Kementerian Perdagangan berkomitmen untuk memperluas pasar ekspor dan membantu UMKM agar lebih kompetitif di panggung global.”
Merujuk pada data perdagangan selama 2020-2024, total volume perdagangan antara kedua negara meningkat sebesar 47,5%. Pada tahun 2020, angka perdagangan tercatat sebesar US$ 8,9 juta, yang melonjak menjadi US$ 52,8 juta pada awal 2025.
Roro melanjutkan dengan merinci komoditas utama ekspor Indonesia ke Uganda untuk periode Januari-April 2025, di antaranya baja stainless sebesar US$ 5,9 juta, minyak nabati sebesar US$ 1,88 juta, dan kaca sebesar US$ 271 ribu. Ada pula target untuk mengekspor produk kecantikan Indonesia ke Uganda. “Kami melihat minat yang tinggi terhadap produk kecantikan, body care, dan lain-lain dari Uganda,” tambahnya.
Dalam upaya mendukung pertumbuhan UMKM, Kementerian Perdagangan telah meluncurkan program UMKM Berani Inovasi, Siap Adaptasi (BIS) untuk memastikan produk lokal dapat merambah pasar internasional. Roro menekankan bahwa kementerian berfungsi vital dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dengan kebijakan dan program yang terfokus.
Data dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat bahwa pada tahun 2025, terdapat 64 juta UKM di Indonesia. Sekitar 97% dari total ini menyerap tenaga kerja dan menyumbang 61% terhadap PDB. Selain itu, UKM juga berkontribusi 15,7% terhadap ekspor nasional dan memiliki peran penting dalam mencapai target pertumbuhan ekspor sebesar 9% dalam lima tahun ke depan, dari 2025 hingga 2029.