Berikut versi yang lebih menarik dan dinamis, plus kode HTML isi body-nya:
Mendikdasmen Abdul Mu’ti menyampaikan larangan keras terhadap permainan Roblox bagi anak-anak. Ia menyoroti bahwa elemen kekerasan di dalam game tersebut bisa berbahaya, apalagi mengingat tingkat kemampuan anak SD dalam membedakan kenyataan dari rekayasa. “Anak-anak usia SD bisa menjadi peniru ulung,” katanya, “dan mereka berpotensi meniru perilaku kekerasan yang mereka lihat di layar.”
Saat memberi ceramah di SDN Cideng 02, Mu’ti menambahkan, “Kalau di game itu membanting, seolah-olah itu tidak apa-apa, tapi bayangkan jika mereka coba lakukan di dunia nyata.” Grafik visual Roblox sendiri menawarkan dunia yang ceria dan penuh imajinasi—avatar kotak lucu yang melompat di latar penuh warna-warni, dari kastil abad pertengahan hingga pesawat luar angkasa. Pengaturan kontrol seperti penyambungan akun orang tua dan penyesuaian konten memberi harapan pengawasan, ditambah fitur pelaporan dan pemblokiran.
Namun, kenyataan berbeda dilaporkan oleh Revealing Reality, firma riset asal Inggris. Mereka menemukan bahwa meski ada fitur pengamanan, orang dewasa dan anak-anak bisa tetap berinteraksi tanpa verifikasi usia yang efektif. Bahkan, akun berusia 40-an dianggap bisa berinteraksi bebas dengan akun anak berusia lima tahun, berpotensi mengakses ruang sugestif yang meniru hotel dan area dewasa—tempat di mana konten seksual dan percakapan dewasa bisa muncul.
Penelitian itu menunjukkan bahwa kontrol keamanan di Roblox belum cukup memadai—anak-anak bahkan bisa berkomunikasi langsung dan mengakses lingkungan berisi konten tidak pantas. Pada platform tersebut, avatar anak-anak bisa mendengar obrolan dewasa, bahkan dimanfaatkan untuk mengintip informasi pribadi seperti Snapchat menggunakan bahasa yang sembunyi-sembunyi. Meski Roblox mengaku sudah melakukan perbaikan, risiko predator dan konten tidak pantas tetap ada dan harus diatasi lewat kerja sama industri dan pemerintah.
Kuasai cerita lengkap tentang dunia virtual yang penuh bahaya ini dan bagaimana kita bisa menghadapinya. Karena di balik dunia cerah itu, terkadang ada konsekuensi gelap yang perlu diwaspadai.
—
Populer di Dunia Maya, Tetapi Penuh Bahaya
Mendikdasmen Abdul Mu’ti tegas melarang anak-anak bermain game Roblox karena kekhawatiran akan konten kekerasan dan ketidakmampuan anak SD membedakan fakta dan rekaan. Ia memperingatkan, “Anak-anak usia SD bisa menjadi peniru ulung dan berpotensi melakukan kekerasan di dunia nyata.”
Meskipun Roblox menawarkan dunia visual yang ceria dan penuh warna—avatar kotak lucu yang berlari di arena yang fantastis—sejumlah penelitian mengungkap realita yang mengkhawatirkan. Fitur keamanan yang ada dianggap kurang efektif, karena anak-anak tetap bisa berinteraksi dengan orang dewasa tanpa verifikasi yang memadai. Bahkan, ada ruang virtual yang menampilkan konten dewasa dan obrolan yang tidak pantas yang bisa diakses anak-anak.
Para peneliti dari Inggris menemukan bahwa akun berusia 40-an bisa terhubung langsung dan berinteraksi dengan anak-anak, termasuk mengakses lingkungan sugestif dan konten seksual. Meski ada fitur pemblokiran dan pelaporan, risiko tetap ada dan membutuhkan kolaborasi lintas industri dan pemerintah untuk membuat platform ini lebih aman.
Kami semua perlu aware—karena dunia maya bisa memikat sekaligus menjerat, dan perlindungan terbaik berasal dari pengawasan dan kesadaran kita sendiri. Bisa jadi saatnya kita memikirkan kembali apa yang aman dan apa yang tidak di dunia digital yang serba cepat ini.