Ahli forensik digital Rismon Sianipar memberikan tanggapan mengenai pernyataan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), yang mengindikasikan adanya agenda politik di balik isu ijazah palsu. Rismon menegaskan kepada Jokowi untuk tidak menghindari inti dari masalah ini. “Jika memang ada agenda politik, apa sebenarnya agenda tersebut? Jangan mundur dari esensi isu ini,” ujarnya saat ditemui di Mapolda DIY pada Selasa (15/7/2025).
Ia juga menyatakan bahwa jika Jokowi adalah lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM), seharusnya ia sudah menunjukkan ijazahnya sejak awal. “Kalau memang Pak Jokowi lulusan UGM, seharusnya dia bangga dan tanpa diminta pasti akan menunjukkan ijazahnya, karena menyelesaikan pendidikan di UGM adalah suatu kebanggaan. Banyak orang yang gagal menyelesaikannya,” tegasnya.
Rismon menegaskan bahwa tidak ada unsur politik dalam perkara ini. Sejak awal, ia mengawal kasus ini dengan dasar fakta dan kajian. “Setelah kasus ini selesai, saya akan kembali ke kampung halaman di Balige dan memancing di Danau Toba. Saya tidak memiliki ambisi untuk menjadi apapun,” tambahnya.
Sebelumnya, polemik mengenai ijazah palsu Jokowi mencuat kembali setelah mantan presiden tersebut mengakhiri masa jabatannya pada Oktober 2024. Jokowi bahkan melaporkan lima orang terkait isu tersebut. “Saya merasakan ada agenda politik besar di balik isu ijazah palsu dan pemakzulan,” ungkap Jokowi saat berbincang dengan wartawan di kediamannya di Sumber, Banjarsari, Solo, pada Senin (14/6).
Ia mengungkapkan kecurigaannya, menyatakan bahwa agenda tersebut bertujuan untuk merusak reputasinya, termasuk isu pemakzulan Gibran. “Politik saya merasakan ada usaha untuk menurunkan reputasi dan mendiskreditkan saya,” tegasnya.
Meski demikian, Jokowi memilih untuk merespons isu tersebut dengan tenang. “Bagi saya, ya biasa saja, tidak perlu digubris,” tutupnya.