Dusun Tegal Kori Kaja, Denpasar, Bali, memperkenalkan inovasi terbaru dalam pengelolaan sampah sebagai sambutan meriah untuk peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia. Pendirian teba modern ini menjadi solusi efektif menghadapi tantangan limbah organik, terlebih dengan penutupan TPA Suwung yang dijadwalkan akhir 2025.
Putu Andriawan Agustina, pelaksana wilayah setempat, menyampaikan antusiasme warga yang berkumpul di Lapangan Pasum Tegal Kori Kaja. Mereka berpartisipasi dalam berbagai lomba perayaan 17 Agustus, sekaligus memanfaatkan momentum untuk memperkenalkan dan mengedukasi masyarakat tentang keberadaan teba modern.
“Untuk merayakan hari kemerdekaan, mari kita lakukan hal positif, salah satunya menjaga kebersihan lingkungan melalui pengolahan sampah,” ujarnya saat ditemui di lokasi acara, Sabtu (16/8/2025). Ia menambahkan, pembangunan satu unit teba modern menelan biaya sekitar Rp 2,5 juta, bersumber dari kas banjar yang dihimpun dari iuran warga.
“Proses operasionalnya nanti dilakukan swakelola, warga tidak perlu mengantre ke sini. Sampah akan diambil dari tempat warga kemudian dibuang ke sini,” jelas Andriawan.
Data menunjukkan, Dusun Tegal Kori Kaja terdiri dari 790 kepala keluarga. Teba modern yang dibangun mampu menampung hingga 40 ton sampah organik, sehingga menyelesaikan sekitar 70 persen limbah organik warga. Sisanya, 20 persen sampah anorganik disalurkan ke bank sampah, sementara 10 persen residu diangkut oleh swakelola ke TPA atau TPS3R.
“Kita memperkirakan hanya residu yang tersisa, sekitar 10 persen dari total sampah, yang perlu kita tangani ke depannya,” tambah Andriawan. Ia menambahkan bahwa respon warga terhadap inovasi ini sangat positif, dan banyak yang sudah mulai membuat teba modern di rumah mereka. Pemerintah desa berencana menambah lebih banyak teba modern, khususnya di fasilitas umum.
Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, turut mengapresiasi langkah progresif Dusun Tegal Kori Kaja. Ia menegaskan bahwa program ini merupakan langkah awal membangun kesadaran kolektif dalam pengelolaan sampah, demi lingkungan yang bersih dan berkelanjutan.
“Kegiatan ini menjadi pionir di Denpasar, karena membangkitkan kesadaran masyarakat untuk memilah dan mengelola sampah secara bijak di lingkungan masing-masing,” ujarnya. Ia menambahkan, Pemkot Denpasar menargetkan hadirnya 4.700 teba modern melalui anggaran perubahan, dan saat ini sudah dalam proses pembangunan 800 unit, yang akan menambah total menjadi 5.500 unit sampai akhir tahun 2025.
Pemerintah kota menerapkan pendekatan terpadu dalam pengelolaan sampah, terbagi menjadi tiga tahap: hulu, tengah, dan hilir. Di tingkat hulu, penguatan dilakukan melalui teba modern, komposter, dan TPS3R untuk menampung sekitar 250 ton sampah harian. Di tingkat tengah, dioptimalkan tiga TPS Sampah Terpadu (TPST) dengan mesin baru, sedangkan di tingkat hilir, kerjasama dengan pusat akan mendukung pengolahan sampah berbasis energi listrik.
Dengan inovasi ini, Denpasar bergerak menuju kota yang lebih bersih, efisien, dan ramah lingkungan—sekarang dan masa depan.