Pameran Tunggal Sherry Winata di Museum Puri Lukisan Ubud
Museum Puri Lukisan Ubud berkolaborasi dengan G3N Project untuk menggelar pameran tunggal karya seniman multifaset, Sherry Winata. Bertajuk ‘Inner Sacred Alchemy’, pameran ini menampilkan 23 lukisan menawan dan akan berlangsung hingga 10 Agustus 2025.
“Saya tidak memiliki latar belakang pendidikan seni rupa. Semuanya bermula dari perjalanan pribadi saya sebagai praktisi meditasi dan shamanisme. Saya melihat ke dalam diri dan menyadari bahwa setiap jiwa itu indah. Apa yang terbersit dalam benak saya dituangkan menjadi karya,” cerita Sherry Winata saat sesi tur di pameran, Sabtu (19/7/2025).
Sherry menjelaskan bahwa rata-rata karyanya diciptakan dalam waktu sembilan bulan, tanpa tahapan sketsa. Ia hanya mengikuti aliran intuisi saat berkarya, meskipun di beberapa kesempatan, ia menyelesaikan beberapa lukisan sambil menunggu cat dan resin kering.
General Manager G3N Project, Andry Ismaya Permadi, menambahkan bahwa lukisan Sherry sangat istimewa. Ia tidak hanya menggunakan pewarna konvensional seperti akrilik atau cat minyak, tetapi juga media campuran seperti batuan, mineral, kristal, resin, dan glitter. Menurut Andry, material tersebut bukan sekadar elemen fisik, tetapi juga sebagai mediator energi yang menghubungkan manusia dengan semesta.
“Sherry juga merupakan sosok yang unik dalam dunia seni kontemporer Indonesia. Ia bukan hanya pelukis, tetapi juga penulis, pematung, guru meditasi, penyembuh dengan sound healing, dan praktisi spiritual,” ungkap Andry.
Selama lebih dari empat dekade, Sherry menggali tradisi penyembuhan dan kebijaksanaan kuno dari berbagai budaya. Bagi Sherry, melukis bukan hanya kegiatan artistik, melainkan juga jembatan yang menghubungkannya dengan alam semesta, sebagai sarana untuk menyalurkan energi dari berbagai lapisan kesadaran.
“Keindahan sejati muncul dari keberanian untuk menerima diri seutuhnya, termasuk luka, sisi gelap, dan kerentanan,” jelas Sherry.
Karya-karya Sherry menggabungkan warna, simbol, dan pola intuitif yang merekam perjalanan batin dan pencarian cinta tanpa syarat. Ia melihat rasa sakit dan emosi negatif bukan sebagai beban, tetapi sebagai katalis dalam proses transformasi diri. Seni, bagi Sherry, adalah bentuk doa dan cara membangkitkan kembali suara jiwa yang mungkin telah lama terabaikan.
Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha, mengungkapkan bahwa karya Sherry yang paling berkesan baginya adalah lukisan yang menyerupai kupu-kupu. Karya itu didominasi warna cokelat keemasan dan ditempatkan di ujung ruang pameran. Giring menilai lukisan itu mewakili keseimbangan.
“Tidak heran, karya Sherry menerima banyak penghargaan. Karyanya pun menghiasi koleksi orang-orang terkaya di India,” tutur Giring.
Sherry Winata telah meraih Highly Commended Award untuk kategori Emerging Artist dalam UOB Painting of the Year Singapore ke-39 di tahun 2020 untuk karyanya berjudul ‘Perfection And Destroyer’ dan pernah dipamerkan di Las Laguna Art Gallery, California, Amerika Serikat.